facebook twitter instagram Tumblr

Anik's Blog

                Aku duduk termangu ketika dijerat insomnia karena sibuk menghadirkan bayang wajahnya. Kulihat dari bening kaca jendela, malam ini langit begitu terang dihiasi berpuluh-puluh formasi bintang. Ditemani sang rembulan yang malu-malu sedikit tertutup awan, tetapi tetap cantik dan anggun.
      Ada bagian potongan hatiku terasa nyeri. Kutahan sakitnya, semakin menyesakkan. Mungkin karena rindu inginkan temu, tetapi bagaimana lagi, jarak dan waktu belum juga berdamai dengan kita. Raga kita terpisah jauh dan tak tersentuh.
            Setiap gerakan jarum jam menjalankan tugasnya, rindu itu mengetuk berkali-kali relung hatiku. Aku tak ingin dia masuk, dan membuat hatiku semakin tak keruan sesaknya. Tetapi apa daya, rindu selalu berhasil masuk melalui celah-celah hatiku.
            Aku membenci rindu. Karena selalu patuh singgah dalam hatiku. Jika sudah menyeruak masuk, dia enggan untuk pergi atau mencari tempat lain. Dia selalu terlihat nyaman mengisi kekosongan hatiku.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
                Kusibakkan korden berenda putih di ruang tamu. Kulihat kau pulang dengan sosok yang kukenal bergelayut manja menggandeng tanganmu. Kalian berjalan beriringan dengan langkah ringan. Tanpa tergesa—menikmati setiap langkah kaki berdua menuju rumah. Sesekali saling pandang lalu melempar senyum satu sama lain. Tak kulihat bibir kalian mengungkapkan satu dua kata. Hanya gerakan mulut kalian yang bisa kulihat sedang menggemakan tawa. Melihat kalian semakin dekat, aku masuk ke dalam kamar tamu yang berhadapan dengan kamar kita.
Aku sengaja tidak mengabari bahwa siang ini batal berkunjung ke rumah ibumu. Pintu rumah depan sengaja kukunci agar kau mengira aku benar-benar sedang pergi. Seperti biasa, kau masuk dengan kunci yang kumasukkan di dalam pot bunga depan rumah.
Siang ini, aku ingin membuat sedikit kejutan untukmu. Aku tahu hari ini kau pulang lebih awal. Dan kali ini aku ingin menikmati makan siang berdua yang sering kau batalkan.
            Dari celah pintu aku melihat kau masuk berdua ke kamar kita. Pintunya kau biarkan terbuka. Melihatmu begitu memperlakukannya dengan lembut membuat perasaan penasaran menyelinap pada diriku. Kenapa kau bisa selembut itu? Belum pernah kau perlakukan aku begitu manisnya.
Share
Tweet
Pin
Share
13 komentar
Newer Posts

About Me

Foto saya
Anik's Blog
Hi, ini tempat pulangnya Anik. Berisi hal-hal random yang rasanya perlu ditulis.
Lihat profil lengkapku

Pengikut

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Tumblr

Member Of

1minggu1cerita

Categories

  • Blogwalking
  • Calon Ibu
  • FIKSI
  • Flashback
  • Kerelawanan
  • Obrolan Cermin
  • Review Ala-Ala
  • Sudut Pandang Pernikahan

Postingan Populer

  • Rezeki Tak Perlu Dicari
  • Hujan-Hujan di Bulan Juni
  • Inilah 5 Cara Bahagia Jadi Jofis (Jomblo Fi Sabilillah)
  • Menikah itu Bukan Sekadar untuk Memilikinya, tetapi Demi Menambah Kecintaan kepada-Nya
  • (Review) Pertanyaan Tentang Kedatangan

Blog Archive

  • Maret 2024 (1)
  • Februari 2024 (1)
  • Juli 2023 (2)
  • Agustus 2021 (1)
  • Juli 2021 (2)
  • September 2020 (2)
  • Agustus 2020 (4)
  • Juli 2020 (3)
  • Juni 2020 (7)
  • Mei 2020 (17)
  • April 2020 (4)
  • September 2019 (1)
  • Agustus 2019 (3)
  • Juli 2019 (9)
  • Juni 2019 (4)
  • Mei 2019 (3)
  • April 2019 (1)
  • Maret 2019 (7)
  • Februari 2019 (3)
  • Januari 2019 (3)
  • Oktober 2018 (6)
  • Maret 2018 (22)
  • Februari 2018 (14)
  • Agustus 2017 (7)
  • Juli 2017 (11)
  • Juni 2017 (11)
  • Mei 2017 (1)
  • April 2017 (5)
  • Maret 2017 (3)
  • Februari 2017 (4)
  • Januari 2017 (14)
  • Desember 2016 (12)
  • November 2016 (2)

Created with by ThemeXpose