Ketika Rindu Bertamu
Aku duduk termangu ketika
dijerat insomnia karena sibuk menghadirkan bayang wajahnya. Kulihat dari bening
kaca jendela, malam ini langit begitu terang dihiasi berpuluh-puluh formasi
bintang. Ditemani sang rembulan yang malu-malu sedikit tertutup awan, tetapi
tetap cantik dan anggun.
Ada bagian potongan hatiku terasa
nyeri. Kutahan sakitnya, semakin menyesakkan. Mungkin karena rindu inginkan
temu, tetapi bagaimana lagi, jarak dan waktu belum juga berdamai dengan kita.
Raga kita terpisah jauh dan tak tersentuh.
Setiap gerakan jarum jam menjalankan
tugasnya, rindu itu mengetuk berkali-kali relung hatiku. Aku tak ingin dia masuk,
dan membuat hatiku semakin tak keruan sesaknya. Tetapi apa daya, rindu selalu berhasil
masuk melalui celah-celah hatiku.
Aku membenci rindu. Karena selalu
patuh singgah dalam hatiku. Jika sudah menyeruak masuk, dia enggan untuk pergi
atau mencari tempat lain. Dia selalu terlihat nyaman mengisi kekosongan hatiku.
Mataku berkaca-kaca. Bulir lembut
itu jatuh tanpa bisa kubendung. Aliran hangatnya membasahi tebing pipi. Kerinduan
ini berhasil mengaduk-aduk perasaanku.
Sedari tadi kutatap jendela berharap
kaca itu akan memantulkan wajah mereka. Tetapi hanya kelebatan bayang-bayang
mereka yang berlalu lalang dalam benakku.
Ingin aku mendengar suara mereka
saat ini. Tetapi malam sudah terlalu larut. Mungkin mereka sudah terbuai dalam
tidur panjangnya, atau sedang sibuk membicarakan anak-anaknya dengan Tuhan
dalam sujud malam.
Seperti yang sering mereka katakan
setiap percakapan di ponsel, “Doa kami selalu untukmu, Nak.” Sebaris kalimat
yang dilontarkannya membuat hatiku berdesir. Kalimat itu sungguh romantis dan
manis.
Aku adalah anak kalian yang paling
cengeng. Tetapi semenjak berjauhan, aku takut memecahkan tangis di telepon. Tak
ingin kubuat kalian khawatir mendengar isakanku. Aku tidak apa-apa. Hanya rindu.
Tetapi pasti kalian tak percaya. Kalian mengira ada hal lain yang membuatku
meneteskan air mata.
Hanya sebaris doa yang kurajut
dengan Tuhan untuk mengobati setiap kerinduan. Doa kita bertemu setiap malam. Aku
bisa merasakan saat Tuhan membelai mengirimkan salam rindu yang kalian
titipkan.
Hanya doa, satu-satunya mentari yang
akan mengeringkan basah hujan kerinduanku pada kalian.
Hanya doa, satu-satunya pelangi yang
akan mengganti gelayut mendung kerinduanku pada kalian.
Dan hanya doa, caraku memeluk kalian
dari kejauhan.
Salam
rindu dari anakmu.
2 komentar
Rindu itu susah penawarnya ya
BalasHapusIya, Mbak. Hanya bertemu obatnya T.T
Hapus