PINDAH

by - 17.34

Senja di Kota Mojokerto yang masih basah sore ini


Setiap waktu kita harus bersiap-siap berpindah tempat, posisi, peran, atau segala macamnya. Hidup kadang lucu, membuat pelakunya terheran-heran karena terlalu cepat berpindah. Sepekan lalu aku masih duduk manis di dalam ruangan bimbingan belajar sebagai korektor (koreksi soal), lalu pekan ini aku sudah duduk di dekat jendela kota sebelah sambil menikmati hujannya. Kota yang udaranya kalau nggak panas ya hangat. Susah sekali untuk merasakan dingin di sini kecuali menggunakan pendingin ruangan. Kota bekas kerajaan Majapahit, yaitu Kota Mojokerto.

Sampai sekarang aku masih merasa mimpi. Ini beneran ya, ucapku berkali-kali. Aku pun tak menyangka dalam waktu sepekan Allah sudah memindahkan aku dari tempat satu ke tempat lainnya, dari peran satu ke peran lainnya. Sampai-sampai saat aku pamitan, pemilik franchise bimbel ternama itu kecewa denganku. “Kenapa mendadak sekali Mbak Anik?” tanyanya dengan nada rendah. Aku tahu ini begitu cepat kilat sekali. Beliau bilang kenapa aku tidak menceritakan dari awal jika aku sedang mencari kerja di tempat luar. Agar beliau bersiap-siap menyiapkan orang untuk mengganti kepindahanku katanya. Apalagi saat aku pamitan, beliau sedang menyiapkan kelas baru yang katanya sudah ditentukan akulah korektornya. Aku tak tahu masalah ini, beliau pun juga tak cerita kepadaku. Bagaimana pun itu, aku yang salah. Kuakui itu.


 Lalu keputusan tetaplah jadi keputusan. Aku pergi, pamitan kepada beliau seberapa dalam pun beliau kecewa. “Seharusnya bilang dari awal, daripada harus memukul dari belakang seperti ini.” Sungguh, rasanya ada belati yang menghujam dalam-dalam ke hatiku. Aku dikatakan telah melakukan hal yang kedengarannya tak manusiawi. Tapi kupikir, saat masuk di bimbel ini pun tidak ada kontrak perjanjian berapa waktu minimal karyawannya harus menginformasikan resign. Aku salah, bagaimana pun aku mengelak aku tetap salah. Hanya banyak diam dan berulang kali meminta maaf untuk melegakan hatinya. Beliau orang baik, sekecewa apa pun itu tetap mendoakan sebelum aku pergi dan melepas dengan senyumannnya yang terlihat sama sekali tidak dibuat-buat.

Hari Jumat aku apply lamaran ke sebuah lembaga bimbingan belajar masuk STAN yang cabangnya sudah ada dimana-mana. Itu dilakukan via online. Padahal Jumat dan Sabtu aku masih kerja di bimbel lama. Lalu Sabtu aku mendapat undangan serangkaian tes dan interview yang dilaksanakan pada hari Minggu. Mengetahui soalnya yang kurasa amat sulit, aku pesimis. Hari senin aku mendapat e-mail yang mengirimi surat penawaran kerja dari bimbel masuk STAN.  Aku tak menyangka bisa diterima di sini. Prosesnya juga cepat, hanya berjarak sehari setiap tahapnya. Ada alasan kenapa aku sibuk mencari tempat kerja lain padahal dulunya aku sudah kerja di bimbel ternama juga. Alasannya adalah di bimbel tersebut hanya diberlakukan 3 hari kerja. Aku kebosanan berada di rumah, lalu memutuskan untuk mencari tempat lain.

Saat aku menyiapkan baju untuk ke Mojokerto, Bapak dan Ibu bilang, “Padahal baru saja pulang merantau. Di rumah juga masih satu setengah bulan, tapi sudah merantau lagi.” Aku mengiyakan dalam hati dan membatin, kita tak pernah tahu Allah membawa kemana. Yang jelas pastinya kota ini dipilih Allah untuk lebih mendewasakanku.


You May Also Like

0 komentar