Harga Diri Orangtua dan Pembentukan Karakter Anak

by - 09.48

www.kartunlucu.com

Masih Bulan Syawal, membicarakan tentang lebaran belum kadaluarsa. Lebaran ini diam-diam aku mengamati sikap anak dan para orangtua saat silaturahmi ke rumah orang, entah itu tetangga atau saudara.

Coba sekali saja kalian mengamati sikap anak-anak yang sedang berkunjung ke rumah kalian, lalu mereka menikmati suguhan yang telah tersaji manis di meja. Ada anak yang cenderung hanya diam tanpa menyentuh sedikit pun meski itu hanya permen. Ada lagi type anak yang lebih aktif, dia mencicipi satu makanan lalu makanan lainnya. Sedikit-sedikit asal rata, mungkin begitu pikirnya. Atau ada juga, seorang anak yang menemukan makanan kesukaannya, lalu memakannya terus-menerus.

Saat melihat itu, hilangkan pikiran buruk tentang anak. Jangan memposisikan kalian sebagai juri yang akan menilai mana tindakan anak yang sopan dan tidak. Nikmati saja melihat mereka dan ajak hatimu untuk memahami. Apa yang kalian pikirkan? Bukankah sebenarnya tingkah mereka itu lucu dan menggemaskan?


Setiap anak dianugerahi keunikan masing-masing. Mereka itu unik dan beda dari yang lain. Tidak ada anak balita yang nakal. Karena mereka sebenarnya belum mengerti mana hal yang salah dan benar. Mereka hanya belum mengerti tentang norma kesopanan, dan kita lah yang seharusnya mengajarinya dengan pelan.

Tapi realitanya, banyak orangtua sering membentak anak dan melabeli mereka sebagai “anak yang memalukan” karena tingkah unik anaknya.

Aku mendapati sendiri, ada seorang anak yang diajak berpamitan dia berdiri dengan membawa toples kue yang disajikan oleh tuan rumah. Dia bermaksud membawa pulang toples yang berisi makanan kesukaannya. Lalu orangtua membentak dengan sedikit berbisik, “Memalukan! Ayo kembalikan!” sayup-sayup aku masih mendengar bisikannya.

Dalam hati aku ingin tertawa. Bukan bermaksud menertawakan anak itu karena bersikap memalukan. Menurutku sikapnya itu sangat lucu dan mereka itu mengasyikkan dengan keunikannya. Tapi aku geram melihat respon orangtuanya yang berkata kasar.

Saat anak tidak mau bersalaman, memasang muka cemberut saat bertamu, mengambil jelly dari toples untuk mainan, dan sikap lainnya. Itu semua bukan tindakan yang memalukan kok. Aku pun yang saat itu berposisi sebagai tuan rumah tidak langsung berpikiran buruk tentang anak, begitu juga dengan orangtuaku. Jika sedang bertamu ke rumah orang lain, kurasa mereka juga sependapat denganku. Itu semua wajar, namanya juga anak-anak.

Jangan hanya karena harga diri dan merasa malu, kita sebagai orangtua mengorbankan perasaan anak di depan umum. Membentak anak seperti itu juga bisa mematikan kepercayaan dirinya. Mereka akan berpikiran, aku ini anak memalukan. Setiap apa yang aku lakukan itu salah.

Setiap anak itu berproses untuk menjadi dewasa. Seperti halnya kepompong yang membutuhkan proses menjadi kupu-kupu. Di usia mereka yang masih balita, mereka masih jauh untuk memahami tentang norma kesopanan dengan masyarakat. Karena sosialisasi mereka masih terbatas pada keluarga. Bukan maksudku sikap mereka wajar lalu kita membiarkan sampai dewasa. Bukan seperti itu. Maksudku, jika itu terjadi jangan langsung memarahi anak apalagi di depan umum. Katakan saja baik-baik, “Itukan bukan punyamu, Nak. Tapi milik pemilik rumah. Nanti kalau dibawa, pemilik rumahnya nyariin gimana? Ingatkan saja dengan bahasa yang mudah dipahami oleh mereka. Baru sesampainya di rumah, ajarkan bagaimana anak harus bersikap saat bertamu ke rumah orang. Kalau kita mendidiknya dengan pelan dengan kelembutan, pasti anak akan mudah mendengarkan dan memahami.

Setiap anak akan mengalami masa berprosesnya, begitu juga dengan kita yang akan selalu berproses untuk menjadi orangtua yang lebih baik. Sampai kapan pun kita akan tetap butuh proses. :))



You May Also Like

0 komentar