Ketika Rindu Bertamu

by - 17.11

                Aku duduk termangu ketika dijerat insomnia karena sibuk menghadirkan bayang wajahnya. Kulihat dari bening kaca jendela, malam ini langit begitu terang dihiasi berpuluh-puluh formasi bintang. Ditemani sang rembulan yang malu-malu sedikit tertutup awan, tetapi tetap cantik dan anggun.
      Ada bagian potongan hatiku terasa nyeri. Kutahan sakitnya, semakin menyesakkan. Mungkin karena rindu inginkan temu, tetapi bagaimana lagi, jarak dan waktu belum juga berdamai dengan kita. Raga kita terpisah jauh dan tak tersentuh.
            Setiap gerakan jarum jam menjalankan tugasnya, rindu itu mengetuk berkali-kali relung hatiku. Aku tak ingin dia masuk, dan membuat hatiku semakin tak keruan sesaknya. Tetapi apa daya, rindu selalu berhasil masuk melalui celah-celah hatiku.
            Aku membenci rindu. Karena selalu patuh singgah dalam hatiku. Jika sudah menyeruak masuk, dia enggan untuk pergi atau mencari tempat lain. Dia selalu terlihat nyaman mengisi kekosongan hatiku.
            Mataku berkaca-kaca. Bulir lembut itu jatuh tanpa bisa kubendung. Aliran hangatnya membasahi tebing pipi. Kerinduan ini berhasil mengaduk-aduk perasaanku.
            Sedari tadi kutatap jendela berharap kaca itu akan memantulkan wajah mereka. Tetapi hanya kelebatan bayang-bayang mereka yang berlalu lalang dalam benakku.
            Ingin aku mendengar suara mereka saat ini. Tetapi malam sudah terlalu larut. Mungkin mereka sudah terbuai dalam tidur panjangnya, atau sedang sibuk membicarakan anak-anaknya dengan Tuhan dalam sujud malam.
            Seperti yang sering mereka katakan setiap percakapan di ponsel, “Doa kami selalu untukmu, Nak.” Sebaris kalimat yang dilontarkannya membuat hatiku berdesir. Kalimat itu sungguh romantis dan manis.
            Aku adalah anak kalian yang paling cengeng. Tetapi semenjak berjauhan, aku takut memecahkan tangis di telepon. Tak ingin kubuat kalian khawatir mendengar isakanku. Aku tidak apa-apa. Hanya rindu. Tetapi pasti kalian tak percaya. Kalian mengira ada hal lain yang membuatku meneteskan air mata.
            Hanya sebaris doa yang kurajut dengan Tuhan untuk mengobati setiap kerinduan. Doa kita bertemu setiap malam. Aku bisa merasakan saat Tuhan membelai mengirimkan salam rindu yang kalian titipkan.
            Hanya doa, satu-satunya mentari yang akan mengeringkan basah hujan kerinduanku pada kalian.
            Hanya doa, satu-satunya pelangi yang akan mengganti gelayut mendung kerinduanku pada kalian.
                    Dan hanya doa, caraku memeluk kalian dari kejauhan.


            Salam rindu dari anakmu.

You May Also Like

2 komentar