Berat untuk
diakui bahwa ini tulisan pertama di tahun 2021 yang benar-benar sengaja ditulis
untuk blog ini. Berlalu sudah separuh jalan tahun ini terlalui, blog ini baru
tersentuh. Jahat betul rasanya aku ini, membiarkan tempat pulang bersarang tak
terurus. But, aku lagi kangen. Kangen dengan diriku sendiri yang
melipir ke kamar untuk selftalk. Kemarin-kemarin rasanya
pikiran terlalu riuh sampai aku lupa bertanya dengan diriku sendiri,
“Sebenarnya apa sih yang kamu rasakan?”
Tahun
2021 hadir dengan segala kejutannya. Tahun ini adalah titik balik terbesar yang
membuat mataku terbukakan tentang hidup yang sebenarnya. Wiiis, sok dewasa
banget euy. Padahal masih baru jadi anak kemarin sore merasakan garam
kehidupan. Wkwkw
Nggak
nyangka, Allah masih memberiku usia dan kesehatan sampai saat ini hingga
akhirnya masih bisa menikmati oksigen dengan bebasnya. Aku memasuki dunia
seperempat abad yang membuat pikiran makin penuh dengan pertanyaan hidup.
Sejujurnya,
selain kangen dengan diriku sendiri, tiba-tiba aku kangen dengan dunia
perkuliahan yang memaksaku untuk bikin makalah, presentasi, atau baca buku
teori. Aneh ya, padahal dulu ngebet banget pengen cepet lulus biar bebas dari
segala macam tugas yang menjemukan. Sekarang giliran aku sudah di titik waktu
yang pernah kuinginkan, aku dibuat kangen oleh masa lalu.
Salah
satu keinginan ingin lulus waktu itu biar aku bisa baca novel sepuasnya tanpa
dihantui tumpukan buku teori yang melambai-lambai untuk kubaca. Tapi nyatanya,
setelah lulus aku jadi makin suka baca buku teori. Nyesel gitu kenapa fasilitas
kampus yang menyediakan buku fisik sebegitu banyak dan bagusnya nggak
kumanfaatin waktu itu. Kenapa aku cuma tertarik dengan dunia pernovelan yang
ternyata makin ke sini aku makin nggak tertarik lagi.
Oke,
gapapa. Aku masih tetap bisa menjangkau bacaan yang kuinginkan. Aku masih bisa
membaca buku apapun yang aku sukai dimana pun dan kapan pun. Akan tetapi,
rasanya hanya membaca buku tanpa masuk ke ruang diskusi dan menuliskan apa yang
telah kita baca itu rasanya hambar. Dulu ngerasa puas banget setelah bikin
makalah dan mempelajari isinya terus presentasi dan tanya jawab di ruang kelas.
Ya gimana ya, merasa dapat asupan tambahan untuk otakku. Seneng aja gitu bisa
ngomong depan orang-orang meski diliputi detak jantung yang berkejaran,
keringat dingin, dan tangan yang gemeteran karena dilihatin dosen. Wkwk
Itu
dia alasanku kembali ke blog ini. Iya, mungkin emang sekarang aku belum
mendapat kesempatan untuk di posisi seperti itu lagi. Tapi kenapa nggak
kumanfaatin blog ini sebagai tempat nulis untuk menampung apa-apa yang pernah
aku baca dan terbesit di pikiran. Sebenarnya sudah bikin akun instagram sih
yang bahas khusus perbukuan, tapi lama nggak keurus. Komitmennya nih yang harus
dikencengin. Sudah gabung di grup menulis juga kan, niatnya nih yang harus
dilurusin.
Terlepas
dari hal itu tadi, ada hal besar yang menohokku berulang kali. Apakah itu?
Tentang Sadar Penuh Hadir Utuh. Istilah ini aku dapat dari Mas
Adjie Santosoputro yang fokus tentang pembahasan Mindfullness.
Aku
tuh sering pas di masa sekarang pengen cepet-cepet ke masa depan. Penasaran di
masa depan aku seperti apa dan akan bertemu siapa. Tapi ketika di masa depan,
aku jadi kangen dan pengen balik ke masa lalu. Ada banyak hal di masa lalu yang
baru saja kusadari dan pahami ketika sudah di masa depan. Andai aja aku dulu
begini, begitu, yah gitu jiwa-jiwa menyesalnya jadi keluar.
Aku
mulai disadarkan suatu hal setelah kemarin ada kejadian pas mandi aku lupa
sudah sabunan atau belum. Aku ngerasa parah banget. Bilang ke diri sendiri,
kamu tuh kemana aja sih sebenarnya. Aku dimana, pikiranku kemana. Hampir nggak
pernah sinkron. Nah itu dia yang dinamakan Sadar Penuh Hadir Utuh Dimana
kita berada dan apa yang kita lakukan, ya fokus kita ke situ, bukan malah
pikiran bergerilya kemana-mana.
Aku
pernah ngintip bukunya Mas Adjie yang berjudul Sadar Penuh Hadir
Utuh ini. Dulu pernah nyari di Gramed nggak nemu, katanya udah nggak
ada. Nggak tahu kalau sekarang produksi lagi nggak. Jadinya aku ngintip
di Google Book. Baca-baca sedikit, intinya sih cara untuk
lebih fokus itu ya kita nggak multitasking. Kalau lagi makan
yaudah makan aja, rasain apa yang kita makan, fokus sama teksturnya, menikmati
kunyahannya. Tidak perlu makan sambil nyekrol instagram. Ya gitu, sama juga
dengan ketika sedang aktivitas lainnya harus dinikmati dan disadari.
Selama
ini aku belum sepenuhnya seperti itu, sehingga rasanya apa yang kulakukan cepat
berlalu tanpa ada hal-hal yang berarti. Ketika sudah terlewat baru kerasa aja
kenapa aku dulu nggak menikmati di masa-masa itu.
Nggak
baik juga kelamaan berkubang di penyesalan tanpa ada perubahan ya, kan.
Akhirnya, aku memutuskan untuk menikmati apapun yang sedang kupilih dan
kujalani. Yang berlalu tidak akan pernah kembali, jadi ya biarkan yang berlalu
hanya rapi di ingatan untuk dijadikan pengingat. Sudah masuk Agustus, cepet ya.
Sayang sekali jika 2021 hanya dihabiskan untuk merindu dan menyesali tanpa
mengusahakan apa-apa.
Semoga siapa pun kamu yang membaca ini, kamu menikmati apapun yang sedang kamu pilih dan jalani.