Belajar Dari Film

by - 07.00

*) 7 Hari Tantangan Menulis Basabasi Store (LINE @zog5070k)
**) Tantangan menulis di hari pertama tentang 3 film favorit 


Aku selalu percaya, setiap pertemuan pasti ada alasannya. Begitu juga semua hal yang kita sukai pasti ada alasan yang menyertai. Ada sebuah cerita yang membuat kita ingin mengenangnya melalui lagu, film, atau buku. Entah karena kisah di dalamnya, momen saat memutar lagu atau menonton film kali pertama, atau bahkan seseorang yang mengenalkannya.

Itulah alasannya, kenapa lagu, film, buku, dan hal lain yang kita sukai berbeda-beda dari masa ke masa. Karena perasaan manusia mudah berbolak-balik dan bosan. Bisa jadi, awal tahun lalu suka dengan film Hangout milik Raditya Dika, karena saat itu adalah momen berdua dengan seseorang di bioskop. Lalu berubah bulan ini Hangout masuk kategori film yang menyebalkan karena telah putus hubungan dengan orang tersebut. Setiap kali ingat film Hangout, jadi ingat dengan kenangan pahit. Kurang lebih seperti itu.

Akhir-akhir ini, aku suka dengan hal-hal yang berbau pendidikan. Sebenarnya dulu suka, tapi tidak terlalu excited seperti saat ini. Mungkin karena pada semester tua ini telah dekat waktu pendaftaran program mengajar yang ingin kuikuti. Sehingga berbagai hal yang menyangkut pendidikan aku masukkan list untuk dipelajari, termasuk film. Kita bisa belajar darimana saja, tidak melulu dari buku atau guru. Lingkungan, budaya orang-orang baru, film, dan karakter seseorang bisa mengajari suatu hal jika kita jeli untuk mengamatinya.


Tiga film yang masuk dalam list favoritku semuanya mengangkat tema pendidikan.

1)      Taree Zameen Par


Film ini menceritakan tentang anak kelas 3 SD yang bernama Ishan. Dia mempunyai kekurangan, yaitu sulit memahami materi pelajaran. Dia lebih suka bermain puzzle, rubik, dan menggambar. Berbeda dengan kakaknya, si kakak lebih pandai dalam pelajaran matematika bahkan hampir semua nilai pelajarannya bagus. Film bersetting di India ini mengangkat tema pendidikan yang membuat penonton mengharu-biru.

Ishan memiliki sikap yang menyebalkan entah di rumah, sekolah, maupun lingkungan pergaulan. Hilangnya kesabaran orangtua dalam menyikapi, membuat mereka mengasramakan anak bungsunya. Namun, tetap tak membuahkan hasil. Di asrama pun  tidak ada perubahan yang berarti.

Kisah mengharukan itu mulai berubah saat kedatangan guru baru di sekolah Ishan. Pengganti guru kesenian itu bernama Ram Shankar Nikumbh. Dia mengamati ada sesuatu yang berbeda pada Ishan dengan anak lainnya. Ternyata, Ishan  menderita penyakit disleksia. Dari situlah, dia mulai megajari Ishan dengan cara yang berbeda agar mudah dipahami. Berhasilkah cara ini dan sebenarnya kompetensi apa yang Ishan miliki? Lebih baik tonton filmnya sendiri, agar lebih mendalami kisah Ishan. :D

Aku menyukai film ini, karena film ini dibumbui dengan humor yang terlihat natural tanpa dibuat-buat. Karakter pemeran Ishan begitu menjiwai dengan wajah polosnya. Tema disleksia yang diangkat sebenarnya biasa dan sudah sering ditemui di film lain atau dituliskan di novel, tapi pengemasan film ini sangat unik dan tidak monoton. Sehingga mampu membuat penonton hanyut sampai akhir film.

Ada pelajaran bagus yang bisa diambil di dalamnya. Sebuah hal sederhana namun sering dilupakan orang-orang, mungkin juga aku. Kita sebagai orang dewasa sering menilai kemampuan seorang anak dari nilai rapor dan seberapa banyak soal ujian yang bisa dijawabnya. Padahal tujuan belajar bisa dikatakan berhasil jika ada perubahan sikap anak setelah dia menguasai suatu pelajaran. Kita sering mengapresiasi anak saat mendapat nilai 90, tapi pernahkah mengapresiasi saat mereka mendapat nilai pas-pasan karena dia mengerjakannya sendiri?

Padahal yang terpenting itu bukan seberapa bagus nilainya, tapi seberapa keras anak mau  belajar. Serta seberapa mampu anak tersebut menghargai hasil kerja kerasnya sendiri.

Semua orang itu unik dengan kelebihannya masing-masing. Tidak selalu semua anak harus pandai matematika, mengarang, dan ilmu sosial. Bisa jadi, anak yang nilai matematikanya rendah, dia lebih mahir di ilmu kesenian.

Memang hal lumrah yang ada pada masyarakat kita. Semua anak dituntut bagus di semua mata pelajaran. Andai saja setiap anak difokuskan pada bidang yang dia sukai, pasti dia akan menikmati masa-masa sekolahnya. Dimana sekolah menjadi dunia yang mengasyikkan, bukan zona menakutkan yang dipenuhi hafalan dan rumus membingungkan.

2)   Teacher’s Diary


Film Thailand ini bercerita tentang guru di sekolah kapal—sekolah  berdindingkan kayu di atas pantai. Dalam sekolah tersebut hanya ada 4 siswa dan 1 guru. Pada saat ajaran baru, ada guru baru bernama Song. Dia belum pandai merebut hati siswanya, sehingga mereka malas-malasan saat diajar oleh Song. Para siswanya sering menyebut nama Bu Ann dan membanding-bandingkan cara mengajar Song dan Bu Ann yang lebih menyenangkan.

Suatu ketika, Song menemukan buku diary mantan guru di sekolah tersebut yang ternyata milik Bu Ann. Song belajar banyak dari buku diary tersebut. Dengan membacanya, Song belajar bagaimana cara mengajar agar disukai anak-anak, dan Song tertegun saat membaca curhatan bagaimana semangat Bu Ann saat membujuk salah satu siswanya yang berhenti bersekolah karena memilih membantu ayahnya menjadi nelayan.

Lambat laun, perasaan kagum kepada Bu Ann  muncul dan besar harapan Song untuk bisa bertemu dengan guru yang cantik dalam gambaran benaknya. Dan, apakah Song berhasil mendidik anak-anak tersebut, serta bisakah dia mengakrabkan diri dengan anak-anak? Tonton sendiri ya filmnya, biar aku nggak spoiler. :D

Aku menyukai film ini, karena film ini mengangkat fenomena kegiatan mengajar di sekolah dengan cara yang unik. Sekolah perahu digambarkan begitu menyenangkan saat mereka belajar sambil menunggui Bu Ann memasak, atau  Song yang membantu siswanya merasakan naik kereta api dengan menaiki perahu  yang ditarik dengan tali. Sekolah pedalaman sering digambarkan di darat dengan setting tengah hutan atau lereng gunung. Tapi di film ini lebih memilih setting pantai yang lebih unik.

Fenomena yang sering terjadi, guru menjadikan dirinya sebagai orang yang serba tahu. Sehingga kegiatan di kelas hanya monoton menjelaskan tanpa ada celah untuk berusaha mengkrabkan diri agar lebih dekat dengan murid-muridnya. Pelajaran bagi murid hanya sebatas materi dari buku dan penjelasan guru. Bukan bagaimana mereka diajak untuk melihat sekeliling dan mengaitkan dengan materi yang sedang mereka pelajari. Itulah yang membuat metode belajar mengajar menjadi menjemukan.

Dari sini aku mengerti, bahwa guru itu bukan hanya sebagai pengajar tapi juga sebagai teman belajar.

Menjadi guru bukan hanya tentang A, B, C atau 1, 2, dan 3 (Teacher’s Diary)

3)   3 Idiots


Film India ini bercerita tentang 3 mahasiswa yang kuliah di kampus favorit. Mereka sering melakukan tindakan-tindakan yang kreatif dan konyol. Mereka banyak dibenci teman-teman kampus bahkan dosen karena sikap menyebalkannya. Tapi mereka adalah orang yang cerdik. Salah satu dari mereka yang menjadi pelopor selama ini adalah Rancho. Dialah yang paling berani dan kreatif.

Tapi ternyata ada hal yang mencengangkan, Rancho lulus kuliah dari kampus favorit dengan tidak membawa selembar ijazah. Lantas untuk apa dia kuliah dan kemana ijazahnya? Lalu bagaimana kehidupan kariernya tanpa ijazah?

Tonton film ini agar kalian (mahasiswa) semangat untuk kuliah. Ceritanya sangat bagus, hanya saja aku yang tidak pandai me-review-nya.

Aku menyukai film ini, karena ending cerita tak terduga pada awalnya (ngetwist). Film ini begitu rapi menyimpan rahasia ending film. Dan aku suka pada bagian ending yang menggambarkan kesuksesan Rancho, dimana dia sukses bukan menjadi pengusaha (seperti cerita pada umumnya). Tapi dia sukses menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk banyak orang.


Cerita film ini begitu menamparku. Inti dari film ini itu sebenarnya cuma satu kalimat ijazah bukan segalanya. Rancho rela bersusah payah kuliah. Menghabiskan waktu dan pikirannya untuk bergelung dengan materi dan pengalaman di kampus tanpa membawa ijazah. Tapi memang benar, skill lah yang lebih diutamakan dalam kampus kehidupan ini. Dengan keahliannya, dia bisa menjadi lebih sukses dari teman-temannya.

Kita sering mengagumi penulis skenario film dan novel yang memuat kisah-kisah mengesankan dan mengagunmkan. Tapi ingatlah, dibalik kekreatifan mereka, ada Allah yang begitu hebatnya menciptakan otak manusia. Dan hanya Dia-lah satu-satunya sutradara sekaligus penulis skenario terhebat di film kehidupan ini. Tak perlu jauh-jauh mengagumi aktor atau aktris yang hebat di sebuah film, sejatinya kita juga tokoh dalam dunia yang penuh sandiwara ini. Kisah hidup kita sebenarnya sangat indah di-skenariokan oleh-Nya.

You May Also Like

6 komentar

  1. film yang no 1 dan 3 sepertinya aku pernah nonton juga neh.

    BalasHapus
  2. tiga2nya udah pernah nonton, dan jadi film fav sha jugaa. emang keren2 :)

    BalasHapus
  3. Kereen banget, Deek bahasamuu..ngalirr. enaak. Adem.

    Santun padat💚💚

    BalasHapus