Apa
jadinya jika media sosial tanpa status?
Pasti membosankan
dan tidak ada variasi. Itulah alasannya mengapa setiap aplikasi selalu memberi
terobosan baru pada fiturnya. Jan Koum dan Brian Acton yang mendirikan whatsapp
berinisiatif menambah fitur status pada aplikasinya agar semakin banyak orang
yang tidak jemu lalu meninggalkan aplikasi buatannya.
Tapi beda denganku yang malah
menyesal kenapa di whatsapp ada fitur status. Padahal dulu aku rela uninstal BBM dan beralih ke WA karena di WA hanya ada fitur chat dan panggilan. Itu pun dulu hanya
tersedia panggilan suara.
Terdengar
aneh memang. Harus kuakui, aku adalah orang yang type bapernya akut. Kronis
malah, sudah stadium empat. Tahu sendiri kan, di BBM setiap pagi sampai malam,
bahkan 24 jam sudah seperti warung makan yang menyediakan foto makanan lauk apa
saja. Seperti majalah yang menyediakan foto cewek dan cowok dengan gaya yang
berbagai rupa. Serta menyediakan foto yang banyak sekali tidak jelas. Dan harus
kuakui juga, aku pernah masuk dalam kategori itu. Dikit-dikit upload,
dikit-dikit buat status. Kalau sedikit saja ada sesuatu yang terjadi, seakan
dunia harus tahu dengan mempostingnya di status.